Tidak ada manusia di dunia yang dapat menarik garis lurus di permukaan bumi antara dua kota yang berjauhan, kecuali dengan bantuan peta yang terperinci. Kini lebih dimungkinkan karena teknologi pesawat terbang, satelit, dan pengetahuan tentang garis lintang dan bujur, serta tinggi permukaan tanah telah ada. Namun, dahulu kala sekitar 1400 tahun yang lalu ada seseorang yang telah melakukan hal ini meski semua ilmu pengetahuan diatas belum ada. Orang ini adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan beliau sendiri kala itu berada di Madinah Al-Munawarah dan tujuan dari garis lurus itu adalah kota Yaman,
Diriwayatkan bahwa Allah SWT telah memerintahkan bahwa umat Islam harus menghadap ke arah Ka`bah di Masjidil Haram, Makkah karena telah ditetapkan sebagai arah patokan kiblat bagi semua umat. Dan sejak saat itu Islam pun menyebar. Setelah kemenangan (Fatih Makkah) banyak orang yang datang dan masuk Islam. Kemudian, Nabi SAW mulai mengirim guru agama kepada orang-orang untuk mengajarkan mereka tentang Islam. Salah satu dari mereka adalah Wabr bin Al-Khozaee Yohanas yang oleh Nabi SAW di tugaskan ke Yaman (Sana’a). Ia diperintahkan untuk mengajar orang-orang Yaman dan membangun sebuah masjid disana, dimana sebelumnya Nabi SAW sendiri telah mendefinisikan kepadanya.
Al-Tabarani meriwayatkan dalam ungkapan Al-Mu’jam wsat: Wabr bin Al-Khozaee berkata: Nabi SAW berkata kepada saya; “Jika kamu membangun masjid Sana’a, buatlah ke arah kanan menghadap gunung yang disebut Deyn’.
Untuk menjelaskan, Al-Hafez Al-Rahzey mengatakan dalam bukunya “Sejarah Sana’a” bahwa Nabi SAW memerintahkan Wabr Al-Khozaee bin Yohanas untuk membangun sebuah masjid di Bathan taman, dimana ditemukan sebuah batu di Gamdan yang menghadap ke sebuah gunung yang dikenal dengan nama Deyn.
Dari riwayat diatas maka Nabi Muhammad SAW sekitar 1400 tahun yang lalu memerintahkan untuk membangun masjid Sana’a agar menghadap ke arah Jabal-e-deen. Jika kita menggunakan Google Earth dan menarik garis hayat (garis lurus) dari Masjid Sana’a ke kiblat yang ada di Makkah, ternyata akan melewati puncak Jabal-e-deen dan akan berakhir di tengah Ka’bah di masjidil Haram, Makkah. Sehingga arah kiblat untuk masjid di kota Yaman ini adalah benar.
Pertanyaannya kini adalah, bagaimana bisa seseorang di 1400 tahun yang lalu telah menunjukkan arah yang tepat untuk Ka`bah dari sebuah kota yang sangat jauh tanpa menggunakan alat bantu – seperti sekarang ini – yang diperlukan untuk proses semacam itu? Tentu saja ini adalah sebuah mukjizat dan menandakan bahwa beliau sendiri adalah seorang yang sangat cerdas.
sumber : perjalanan cinta
Tidak ada komentar :
Posting Komentar