Senin, 08 Desember 2014

sapu jagat tasikmalaya: Program Pengobatan

sapu jagat tasikmalaya: Program Pengobatan: kami melayani berbagai macam pengobatan medis dan non medis, bisa langsung datang ketempat atau kunjungan langsung ke tempat anda dimana pu...

Kamis, 04 Desember 2014

Fakta terbaru: Benarkah Hitler Islam?

Anda pasti mengenal sosok yang bernama Adolf Hitler ini. Dia sering di gadang-gadang sebagai seorang yang bengis dan tidak manusiawi. Tetapi apakah semua itu benar adanya? Benarkah ia tidak lagi memiliki rasa kemanusiaan dan belas kasih? Atau memang ada gerakan dan alasan tertentu, demi tujuan tertentu,  sehingga sang pemimpin besar Nazi ini selalu di pandang jelek di mata dunia?
Setelah mengulik di internet, saya pun mendapatkan sisi yang lain dari seorang Hitler, yang mungkin selama ini tidak banyak diketahui oleh orang. Karena sisi lain itu adalah beberapa hal yang luput dari perhatian media. Atau memang sengaja di hilangkan dari peredaran dengan tujuan tertentu, entahlah.
Untuk mempersingkat waktu, berikut saya sertakan sisi-sisi yang memperlihatkan kehidupan lain dari Hitler:

Kemampuan Rasulullah SAW dalam Google Earth


Tidak ada manusia di dunia yang dapat menarik garis lurus di permukaan bumi antara dua kota yang berjauhan, kecuali dengan bantuan peta yang terperinci. Kini lebih dimungkinkan karena teknologi pesawat terbang, satelit, dan pengetahuan tentang garis lintang dan bujur, serta tinggi permukaan tanah telah ada. Namun, dahulu kala sekitar 1400 tahun yang lalu ada seseorang yang telah melakukan hal ini meski semua ilmu pengetahuan diatas belum ada. Orang ini adalah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan beliau sendiri kala itu berada di Madinah Al-Munawarah dan tujuan dari garis lurus itu adalah kota Yaman,

Rabu, 03 Desember 2014

Misteri Wangsit Siliwangi

http://th03.deviantart.net/fs71/PRE/f/2011/171/c/e/prabu_siliwangi_final_by_iki_chipp-d3jezt1.jpg
Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi
Menurut beberapa babat carita sunda wangsit siliwangi adalah ucapan yang mengandung pesan terakhir  yang bermuatan patwa kehidupan di masa yang akan datang yang  di ucapkan oleh seorang raja Pajajaran yang terkenal yaitu Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi bagi seluruh para abdinya dan rakyatnya yang mana saat mengucapkan pesan keadaan mereka sedang dalam perjalanan menghindari pasukan Cirebon yang dipimpin langsung oleh putra dan cucu sang nalendra sendiri.
Pada masa itu hubungan antara penguasa Pajajaran dengan putra serta cucunya ya itu Pangeran Cakra buana dan Syarif Hidayatulloh sedang memanas karna Cirebon  mendeklarasikan kemerdekaan wilayahnya  dengan melepaskan segala ikatan politik pemerintahan serta membebaskan cirebon dari kewajiban mengirim upeti ke Pajajaran yang membuat gusar penguasa Pajajaran yang notabene adalah ayah dan kakek penguasa Cirebon.
Alasan Cirebon memisahkan diri dari kekuasaan Pajajran karna sistim iklim politik yang di terapkan Syarif Hidayatulloh sangat berbeda dengan apa yang diterapkan Pajajaran,karna Cirebon mutlak dalam menjalankan roda pemerintahanya dengan menerapkan syareat Islam  hal ini terjadi karna kedua penguasa dua wilayah tersebut berbeda keyakinan.
Dalam menghadapi Cirebon yang saat itu di pandang oleh pajajaran adalah sikap pembangkangan terhadap kekuasaan Pajajaran padahal Cirebon mutlak masuk wilayah Pajajaran,berbagai cara di tempuh untuk mengingatkan Cirebon dengan mengirimkan beberapa tliksandi ke wilayah cirebon dengan tujuan agar Cirerbon segera merubah sikapnya agar tidak terjadi hal hal yang tidak di inginkan karna bagaimanapun Syarif Hidayatulloh cucu penguasa Pajajaran yang terlahir dari Dewi Rara Santang yang bersuamikan petinggi Mesir.Juga Pangeran Cakrabuana uwaknya Syarif Hidayatulloh masih dalam kategori putra mahkota Pajajaran.

Minggu, 11 Mei 2014

Tugu Kujang Pusaka Kampung Naga

Masyarakat Kampung Naga di Desa Neglasari Kec Salawu Kab Tasikmalaya akhirnya menjadi saksi diresmikannya Tugu Kujang Pusaka. Peresmian tersebut sekaligus mengukuhkan tugu sebagai yang terbesar di dunia saat ini. Bangunan tugu tersebut selain menjadi yang terbesar, juga menjadi lambang kuatnya budaya sunda yang ada di Jawa Barat. Kujang memiliki makna yang sangat berarti bagi masyarakat sunda, senjata kujang di masa lalu adalah senjata khas dan menjadi andalan <I>urang<I> sunda dalam memperkuat pertahanan diri saat bertempur.
Besarnya tugu tersebut terlihat dari bangunan kujang yang menjulang tinggi.Tingginya  mencapai 3 meter. Kujang raksasa tersebut ditopang oleh sebuah bangunan persegiempat yang terbuat dari beton, kujang raksasa tersebut dibuat dan ditempa oleh 40 empu yang biasa membuat kujang. Selain itu,  yang membuat kujang tersebut istimewa, karena bahan baku pembuatannya

Jumat, 18 April 2014

Kabuyutan Galunggung

Galunggung pada sa'at meletus (bitu)
Jika masyarakat Arabia mengenal Mekkah dan Yerusalem sebagai wilayah keramat, maka di tatar Sunda orang mengenal Galunggung sebagai sebuah kabuyutan. Di Mekkah terdapat 'maqom' (bekas petilasan) Ibrahim, maka di Galunggung terdapat 'sanghyang tapak Parahyangan' (bekas petilasan para leluhur awal). Seorang sesepuh bernama Aki Anang alias Raden Anang Daryan Jayadikusumah (1926 -- 2000), pemimpin kelompok kebatinan 'jati Sunda' yang juga keturunan Batara di Galunggung, pernah menuturkan berita turun-temurun kurang lebih sebagai berikut : Bahwasanya pada jaman yang telah lampau sekali, tatar Sunda adalah daerah perairan yang hanya terdapat satu daratan yang tidak terlalu luas (jaman air). Daerah tertinggi dari daratan itu adalah puncak dari sebuah gunung yang kini disebut Galunggung. Pada jaman itu puncak Galunggung adalah daratan tertinggi di tatar Sunda. Pada hari yang diberkahi, tibalah sebuah perahu besar yang memuat banyak sekali manusia dan hewan peliharaan. Sebagian orang-orang perahu itu turun dan tinggal menetap membangun komunitas manusia yang baru. Itulah nenek moyang manusia Sunda sekarang, dan menjadikan Galunggung sebagai sebuah kabuyutan atau 'sanghyang tapak Parahyangan'.

Senin, 14 April 2014

Uga Wangsit Siliwangi (Bahasa sunda)

Maung Siliwangi

Carita Pantun Ngahiangna Pajajaran

Pun, sapun kula jurungkeun
Mukakeun turub mandepun
Nyampeur nu dihandeuleumkeun
Teundeun poho nu baréto
Nu mangkuk di saung butut
Ukireun dina lalangit
Tataheun di jero iga!

Saur Prabu Siliwangi ka balad Pajajaran anu milu mundur dina sateuacana ngahiang : “Lalakon urang ngan nepi ka poé ieu, najan dia kabéhan ka ngaing pada satia! Tapi ngaing henteu meunang mawa dia pipilueun, ngilu hirup jadi balangsak, ngilu rudin bari lapar. Dia mudu marilih, pikeun hirup ka hareupna, supaya engké jagana, jembar senang sugih mukti, bisa ngadegkeun deui Pajajaran! Lain Pajajaran nu kiwari, tapi Pajajaran anu anyar, nu ngadegna digeuingkeun ku obah jaman! Pilih! ngaing moal ngahalang-halang. Sabab pikeun ngaing, hanteu pantes jadi Raja, anu somah sakabéhna, lapar baé jeung balangsak.”